Sharing Pengalaman: Bp. Imat (HRD PIR Dept. Head)
Sepertinya peringatan dalam huruf berukuran kecil yang terdapat dalam kemasan rokok (bunyinya: Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin) tidak cukup efektif membuat orang jera mengisap rokok.
Indonesia merupakan “juara” ketiga dalam hal perokok setelah China dan India. Saat ini jumlah perokok di Indonesia sekitar 60 juta orang. Menurut data Kementerian Kesehatan, hampir 2 juta anak Indonesia berusia 7-18 tahun merokok rata-rata dua batang setiap hari. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 50 juta orang meninggal dunia akibat rokok pada tahun 2000. Sekitar 50 persennya terjadi di negara berkembang. Di antara mereka yang terenggut hidupnya oleh rokok antara lain penyanyi Chrisye dan Ucok Aka.
Melalui Ateja News kali ini, rekan kerja kita yaitu Bp. Imat akan membagikan sebuah pengalaman berharganya, dimana pengalamannya itu mampu membuatnya berhenti dari kebiasaan merokok.
…………………………………………………………………………………………………………………………
“Halo rekan – rekan Ateja semuanya, Saya Imat dari HRD PIR dan saya ingin membagikan sedikit pengalaman yang membuat saya berpikir kembali untuk aktif merokok. Rekan – rekan saya semua khususnya yang ada di Ateja, saya termasuk salah satu dari jutaan pecandu rokok, bahkan setiap pagi sebelum berangkat kerja tidak semangat rasanya jika tidak menikmati asap rokok yang dibarengi kopi hitam, dan itu merupakan kebiasaan yang saya lakukan setiap pagi.
Tidak sedikit temen, istri dan anak yang menyarankan berhenti merokok namun semua nasehat mereka tidak saya hiraukan. Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2017 (setelah idulfitri) saya mengalami sakit dan ha rus dirawat beberapa hari di Rumah sakit. Bahkan saya pernah berobat ke beberapa Rumah sakit besar yang ada di Bandung dan di Jakarta serta Konsultasi kepada Dokter.
Dari hasil konsultasi tersebut, beberapa dokter menyarankan agar saya berhenti merokok. Awalnya saya merasa hal itu tidak mungkin bisa dilakukan, bahkan membayangkan bisa hidup tanpa rokok pun tak pernah terlintas di pikiran saya.
Dan berikut ini pembicaraan saya dengan Dokter yang membuat saya berhenti total merokok sejak dirawat di Rumah sakit sampai hari ini.
Dokter : Apakah anda merokok?
Saya : Ya dok.
Dokter : Apakah anda punya Anak?
Saya : Punya dok.
Dokter : Pak Imat, kalau Bapak tidak punya anak, Bapak merokok pun saya tidak peduli, buat apa saya peduli sama Bapak kalau Bapak sendiri tidak peduli sama diri Bapak. Tapi karena Bapak punya anak, saya sarankan Bapak jangan egois, berhentilah merokok demi anak-anak Bapak, karena anak-anak Bapak masih perlu Bapak dan mereka belum siap kehilangan Bapaknya.
Mendengar kata-kata dokter tadi saya sempat tidak bisa mengungkapkan kata-kata. Hanya terbayang dibenak saya, anak saya menangis melihat orang tuanya meninggal dunia (walaupun saya sadar namanya kematian itu merupakan takdir Allah) tapi sebagai manusia yang masih butuh dengan sareat saya bertekad saat itu juga, demi anak dan istri saya berhenti merokok dan berhenti minum kopi.
Memang usaha untuk melakukan hal itu sangatlah tidak mudah, seringkali terlintas oleh saya nikmatnya merokok sehabis makan. Namun berkat tekad dan komitmen saya, maka saya dapat berhenti merokok. Alhamdulilah tanpa mengkonsumsi rokok dan kopi lagi, pola hidup dan kesehatan saya semakin baik.”
Demikianlah pengalaman mengenai perjuangan dan tekad bulat Bp. Imat untuk dapat berhenti dari kecanduan merokok, semoga melalui pengalaman Bp. Imat ini juga mampu menyadarkan rekan-rekan semuanya mengenai bahaya merokok dan indahnya menjalankan pola hidup sehat.
Semoga bermanfaat!